Terbaru

Nilai Keanekaragaman Hayati



Keanekaragaman hayati (kehati) merupakan landasan kehidupan manusia karena berfungsinya ekosistem yang beragam dan proses yang berlangsung di dalamnya merupakan refleksi aktivitas kehidupan kolektif dari tanaman, hewan, dan mikroba yang saling/dan berinteraksi dengan komponen fisik lingkungan. Penurunan fungsi ekosistem akan terjadi ketika keberagaman dan jumlah spesies dalam ekosistem menurun. Beberapa proses penting pada ekosistem akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Selain itu, proses dalam ekosistem juga mempengaruhi berbagai hal antara lain tingkat kesuburan tanah, kualitas air, komposisi kimia atmosfer dan kondisi lingkungan lain yang akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan dan kehidupan umat manusia.

Penurunan keanekaragaman hayati dalam ekosistem akan mengurangi besaran dan stabilitas proses dalam ekosistem.  Dengan demikian, keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem memiliki peran penting yang dapat memelihara proses pendukung kehidupan manusia. Fungsi ekosistem merujuk pada berbagai habitat dan proses atau karakteristik ekosistem. Proses dan fungsi ekosistem menyumbang kesejahteraan dan kehidupan manusia melalui jasa ekosistem dan stok modal alam yang disediakan oleh ekosistem. Jasa-jasa ekosistem dan stok modal alam ini meskipun sebagian bersifat intangible, namun memiliki nilai dan akan menyebabkan perubahan kesejahteraan manusia.

Keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem mempunyai peran penting karena memberikan berbagai manfaat untuk mendukung kehidupan manusia, antara lain sebagai sumber bahan pangan, kesehatan, energi maupun memberikan jasa ekosistem yang fungsinya sulit untuk digantikan. Manfaat yang diberikan oleh keberadaan keanekaragaman hayati secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi terhadap kesejahteraan manusia sehingga merepresentasikan sebagian dari nilai ekonomi total. Nilai ekonomi jasa lingkungan ini sifatnya estimasi karena sebagian besar jasa ekosistem nilainya tidak terefleksi ataupun terkuantifikasi secara memadai dalam pasar komersial.

Meskipun nilainya tidak selalu terefleksi dalam pasar, keanekaragaman hayati merupakan aset yang sangat berharga untuk generasi sekarang maupun masa mendatang, sehingga upaya konservasi dan pemanfaatannya secara berkelanjutan menjadi landasan pembangunan berkelanjutan. Agar upaya konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dapat dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lain maka manfaat ekonomi keanekaragaman hayati perlu dinyatakan secara eksplisit.

Keanekaragaman hayati merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia serta makhluk yang lainnya. Selain itu, kehati telah diakui memiliki kontribusi penting sebagai penyedia layanan yang disebut jasa ekosistem. Pengolahan limbah organik, penyerbukan, regulasi iklim dan atmosfer maupun perlindungan tanaman dan siklus hara merupakan beberapa contoh jasa ekosistem yang di masa lampau sama sekali tidak diperhitungkan dan dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Pengakuan atas nilai kehati ini menjadi hal yang sangat penting.

Kehati mempunyai dua nilai penting, yaitu nilai intrinsik atau nilai inheren dan nilai ekstrinsik yaitu nilai manfaat atau nilai instrumental.  Nilai intrinsik merupakan nilai yang ada pada dirinya sendiri, lebih menitikberatkan pada konsep filosofis tentang kehati itu sendiri.  Sedangkan nilai eksternal menunjukkan lebih pada nilai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dari kehati bagi manusia. Sebagian ahli membagi nilai kehati menjadi barang-barang bernilai langsung (barang), nilai tidak langsung (jasa), serta nilai non-guna (non-use values). Adapun yang bernilai langsung dapat terdiri dari makanan, obat-obatan, material bangunan, serat maupun bahan bakar. Sedangkan nilai tidak langsung antara lain dapat berupa pengolahan limbah organik, penyerbukan, regulasi iklim dan atmosfer maupun perlindungan tanaman dan siklus hara. Selain itu ada pula nilai non-guna yang terdiri dari nilai potensial (atau nilai pilihan), nilai eksistensi, dan nilai warisan. Nilai pilihan merupakan nilai masa depan yang akan menjadi penting keberadaannya dan belum diketahui pada saat sekarang.  Nilai eksistensi dan nilai warisan akan memberikan kesempatan untuk generasi mendatang memperoleh pengetahuan kehati sebagai modalitas bagi generasi masa depan. 

Nilai konsumsi merupakan manfaat langsung yang dapat diperoleh dari kehati, misalnya pangan, sandang maupun papan. Masyarakat Indonesia mengkonsumsi tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan biji-bijian dan ubi-ubian sebagai sumber karbohidrat. Tidak  kurang  dari  100  jenis  kacang- kacangan, 450 jenis buah-buahan serta 250 jenis sayur-sayuran dan jamur juga digunakan dalam menu   makanan   masyarakat Indonesia, sementara 940 jenis tanaman menghasilkan bahan untuk obat tradisional . Sementara itu, bio-resources untuk Pembangunan Ekonomi Hijau menawarkan beberapa potensi pangan alternatif sebagai unggulan yang dapat dikembangkan di masa depan, antara lain revitalisasi aren untuk memenuhi kebutuhan gula nasional karena kebun aren di Indonesia tercatat mencapai 70 ribu hektar. Selain itu, ada pula tareang atau jewawut (Setaria italica) yang berasal dari Sulawesi Barat yang juga memiliki potensi sebagai sumber pangan potensial untuk menggantikan gandum di masa depan.

Berbagai jenis tumbuhan liar dari hutan, seperti pasak bumi (Euriycoma longifolia), tabat barito (Ficus deltoidea), dan akar kuning (Arcangelisia flava), serta berbagai jenis tanaman budidaya, seperti jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan kapulaga (Amomum cardamomum) juga digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat lokal. Beberapa jenis, seperti kayu angin dan tapak dara, bahkan telah digunakan sebagai bahan obat modern. Lebih dari 100 jenis kayu, 56 jenis bambu dan  150 jenis rotan juga telah digunakan masyarakat untuk membangun rumah dan membuat peralatan rumah tangga. Di samping itu, nilai ekonomi kehati yang digunakan dalam produk jamu yang beredar di pasar dapat berpotensi mencapai hingga 6 triliun per tahun dan telah menciptakan tiga juta lapangan kerja dalam kegiatan jamu dan herbal yang berjumlah 1.166 industri sehingga produksi jamu mempunyai prospek yang menjanjikan dalam perkembangan ekonomi di masa depan.

Nilai produksi adalah nilai pasar yang didapat dari perdagangan kehati di pasar lokal, nasional maupun internasional. Sebagai contoh, nilai pasar global untuk obat- obatan yang diperoleh dari sumber daya genetis diperkirakan US$ 75.000- 150.000 juta per tahun. Nilai total tahunan dari sektor yang terkait dengan perdagangan benih di seluruh dunia mencapai US$ 45 miliar, sedangkan total keluaran dari agro-ekosistem dunia mencapai nilai setara US$ 1,3 triliun setiap tahun. Tidak mengherankan jika sekitar 40% dari ekonomi dunia mengandalkan proses dan produk hayati, atau dengan kata lain ekonomi dunia tergantung pada kehati. Tercatat pula bahwa dalam industri farmasi, dijumpai   45 macam obat penting yang berasal dari tumbuhan obat tropika dan 14 jenis diantaranya berasal dari Indonesia. Dalam hal pemanfaatan langsung obat tradisional berupa jamu, Indonesia menghasilkan pendapatan ekspor sebesar USD 113 juta/tahun.

Nilai produksi keanekaragaman genetik akan menjadi semakin penting di masa depan, terutama untuk menciptakan varietas tanaman baru, mikroorganisme baru untuk proses industri maupun pengobatan genetis pada hewan ternak dan manusia. Dengan kemajuan bioteknologi modern dan ilmu bioinformatika maka abad ke-21 sering disebut sebagai abad bioteknologi. Pada masa ini, industri yang menguntungkan adalah “industri ilmu kehidupan” yaitu farmasi, kesehatan, pangan, pertanian dan kosmetika. Semua industri ini mengandalkan kehati sebagai bahan baku, beserta pengetahuan dan teknologi hayati yang sudah tersedia dan akan terus berkembang di masa depan. Perkembangan industri ilmu kehidupan akan mengarah pada peningkatan komersialisasi produk kehati. Dengan demikian proses tersebut akan lebih menitikberatkan pada nilai produktif dari makna penting kehati. Jika dilakukan kurang berhati-hati perkembangan ini dikhawatirkan dapat mengarah pada penyusutan kehati, terutama yang dinilai tidak mempunyai nilai ekonomi/produktif saat ini.   Uraian ini menunjukkan bahwa kehati mempunyai nilai pada tingkat global dan lokal. Namun pada umumnya, nilai kehati lokal belum terdokumentasikan dengan baik walaupun sesungguhnya potensi ekonomi keuntungan yang dapat diperoleh Indonesia dari pemanfaatan berkelanjutan kehati secara lokal, misalnya dari pengelolaan terumbu karang untuk perikanan, pariwisata, perlindungan pantai, dan nilai estetika dapat mencapai setidaknya US$16 miliar per tahun.

Kehati memberikan jasa lingkungan bagi manusia yang terbentuk karena adanya formasi ekosistem dengan keunikan keanekaragaman yang ada di dalamnya. Misalnya, hutan melindungi keseimbangan siklus hidrologi dan tata air sehingga menghindarkan manusia dari bahaya banjir maupun kekeringan. Hutan juga menjaga kesuburan tanah melalui pasokan unsur hara dari serasah hutan, mencegah erosi dan mengendalikan iklim mikro. Ekosistem terumbu karang dan padang lamun melindungi pantai dari abrasi. Demikian pula hutan mangrove yang menyediakan tempat pengasuhan benih bagi berbagai jenis ikan dan udang. Ekosistem karst dan gua menyediakan tempat untuk cadangan air bagi kehidupan di sekitarnya dan tempat berlindung bagi kelelawar penyerbuk bunga serta berkembangnya predator yang dapat mengurangi hama hingga bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman budidaya.

Nilai jasa lingkungan ini dapat digambarkan dari hasil penelitian di Kebun Raya Bogor yang menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 52 marga tumbuhan yang pembungaan dan pembuahannya tergantung pada kelelawar. Keberadaan kelelawar yang membantu penyerbukan sangat penting dalam proses produksi tanaman buah-buahan, seperti durian dan petai sehingga keberadaan dan keseimbangan ekosistem tempat hidup kelelawar ini perlu dijaga keberlanjutannya.  Kehati juga memberikan jasa lingkungan karena memiliki peran penting dalam menyumbangkan kemampuan sekuestrasi karbon maupun jasa lingkungan lain. Dari sejumlah ekosistem yang ada, ternyata yang memiliki kemampuan sekuestrasi karbon tertinggi adalah padang lamun sebesar 830 ton/hektar, sedangkan hutan di daratan mampu menyimpan karbon sebesar 300 ton/hektar.  Di tingkat jenis tercatat 10 jenis dengan stok karbon tertinggi dengan kisaran  antara  60,159  –  772,624  ton  C  per  hektar,  yaitu  Schima  wallichii, Vaccinium varingiaefolium, Castanopsis tungurrut, Lithocarpus sundaica, Leptospermum flavescens, Platea latifolia, Myrsine hasseltii, Toona sureni, Symplocos Castanopsis javanica, Cyathea junghuhniana.

Nilai pilihan atau nilai potensi merupakan nilai yang terkait dengan potensi kehati dalam memberikan keuntungan bagi masyarakat di masa depan. Kehati menyimpan nilai manfaat yang sekarang belum disadari atau belum dapat dimanfaatkan oleh manusia. Namun seiring dengan perubahan permintaan, pola konsumsi dan asupan teknologi, nilai ini dapat menjadi penting di masa depan. Potensi tumbuhan liar sebagai sumber obat-obatan merupakan salah satu bentuk nilai pilihan ini. Banyak perusahaan farmasi dan lembaga kesehatan pemerintah secara intensif berupaya menemukan sumber zat obat baru dari kehati di habitat aslinya untuk memerangi penyakit seperti AIDS dan kanker. Fakta menunjukkan bahwa dua puluh jenis obat-obatan yang paling sering dipakai di Amerika Serikat senilai US$ 6 miliar per tahun mengandung bahan-bahan kimia yang ditemukan di alam.

Demikian pula halnya dengan berbagai koleksi plasma nutfah di beberapa balai  penelitian,  yang  mungkin  saat  ini  tampak  tidak  mempunyai  manfaat langsung, padahal biaya penyimpanannya cukup tinggi. Namun di masa mendatang koleksi plasma nutfah tanaman budidaya maupun tumbuhan liar akan menjadi sumber keanekaragaman genetis yang berharga bagi pemuliaan tanaman pertanian. Sejauh ini di beberapa kebun raya koleksi Indonesia terdapat 3000 jenis tumbuhan asli Indonesia, dan 50 jenis tumbuhan dalam koleksi tersebut di laporkan telah memberikan kontribusi yang nyata untuk peningkatan nilai ekonomi, misalnya kelapa dan tebu. Pada tahun 2012 produksi kelapa Indonesia telah mencapai lebih 3,18 juta ton dengan volume ekspor sebesar 1,52 juta ton dan nilai ekspor sebesar US$ 1,19 miliar. Sedangkan produksi tebu telah mencapai 2,44 juta ton dengan volume ekspor sebesar 388,9 ribu ton dan total nilai ekspor sebesar US$ 46,2 juta.  Namun, kebanyakan jenis organisme di dunia saat ini belum diketahui nilai ekonominya atau pengetahuan mengenai manfaatnya masih sangat terbatas. Jika salah satu jenis dengan nilai pilihan yang besar tersebut punah sebelum diidentifikasi maka nilai kerugiannya bagi kesejahteraan manusia mungkin akan cukup besar.

Nilai  eksistensi  ini  dimiliki  oleh  kehati  karena  keberadaannya  di  suatu tempat. Nilai ini tidak berkaitan dengan potensi suatu organisme tertentu, tetapi berkaitan dengan hak hidupnya sebagai salah satu bagian dari alam. Nilai eksistensi kadang disebut juga sebagai nilai intrinsik dan dikaitkan dengan etika, misalnya nilai bagi etika atau agama. Nilai eksistensi juga dapat terkait dengan nilai estetika bagi manusia. Misalnya dalam melakukan ibadah, masyarakat Bali memanfaatkan bunga untuk melengkapi ritualnya. Selain itu, banyak kalangan, baik pecinta alam maupun wisatawan, bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk mengunjungi taman-taman nasional guna melihat satwa di habitat aslinya, meskipun para pecinta alam dan wisatawan tidak mendapatkan   manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut.   Para pecinta alam dan wisatawan ini merasa lebih senang melihat gajah dan kehidupan liar lain di habitat aslinya.

Studi terhadap besarnya kesediaan membayar masyarakat untuk konservasi ekosistem terumbu karang, padang lamun dan mangrove dalam Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Seribu menunjukkan kesediaan membayar rata-rata Rp.146.500,- per kapita per tahun atau secara agregat sebesar US$78,751.03. Nilai ini cukup comparable untuk menggambarkan nilai eksistensi KKL Kepulauan Seribu. Walaupun besaran keinginan membayar untuk konservasi belum mencerminkan persepsi yang utuh dari nilai ekonomi kawasan, namun nilai ini dapat digunakan sebagai referensi relatif terhadap nilai ekonomi suatu kawasan konservasi.

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close