Terbaru

Thailand: Sebuah Ikhtiar Melanjutkan Studi ke Luar Negeri

 


Sejujurnya, saya tidak pernah membayangkan akan melanjutkan studi S2 di Thailand, karena sejak meneguhkan keinginan untuk melanjutkan studi ke luar negeri, dan berburu beasiswa sejak tahun 2014, pikiran saya selalu dijejali oleh informasi beasiswa dari belahan benua Eropa, Amerika, dan Australia. Sama sekali belum menyentuh Asia, apalagi Thailand.

 

Dalam catatan saya, pada rentang waktu 8 tahun ini, saya telah mengalami kegagalan sebanyak 25 kali dalam mendapatkan beasiswa luar negeri, dimana saya pernah gagal pada tahap administrasi, tahap ujian akademik, dan juga pernah gagal pada tahap wawancara. Namun anehnya, kegagalan-kegagalan tersebut tidak sedikitpun mengurangi keteguhan saya untuk terus mendapatkan beasiswa, bahkan semangat saya semakin bertambah berlipat-lipat. 


Sampai kemudian pada pertengahan tahun 2019, salah seorang dosen saya sewaktu S1 dulu, Prof. Dr. Firdaus, LN., M.Si, mengajak untuk bertemu, beliau meminta saya untuk mendampinginya dalam sebuah sesi wawancara dengan salah seorang mahasiswa Pascasarjana dari Chulalongkorn University, Thailand.

 

Mahasiswa tersebut sedang melakukan riset tentang kearifan lokal Suku Laut di Kepualauan Riau, yang sebelumnya juga pernah diteliti oleh Prof. Fir dan sudah dipublikasikan, sehingga mahasiswa ini menjadikan prof. Fir sebagai salah satu narasumber untuk menggali lebih dalam mengenai relasi antara Suku Laut dan lingkungan pesisir.

 

Awalnya saya masih belum menemukan alasan mengapa saya diajak ke sesi wawancara ini, rasa penasaran itu saya simpan saja sembari mengikuti proses wawancara yang sangat khidmat tersebut. Setelah sesi wawancara selesai, Prof. Fir mulai menjelaskan tentang diri saya lebih jauh kepada mahasiswa tersebut, terutama cerita mengenai keinginan saya yang sangat kuat untuk melanjutkan studi ke luar negeri, dan betapa "geramnya" Prof. Fir kepada saya, karena dia telah memberikan begitu banyak surat rekomendasi, namun saya belum jua mendapatkan beasiswa.

 

Mahasiswa tersebut pun menceritakan bahwa hampir semua universitas negeri di Thailand menyediakan beasiswa bagi mahasiswa internasional, terutama mahasiswa dari negara-negara ASEAN. Dia juga menceritakan bahwa dia merupakan salah satu penerima beasiswa S2 dari Chulalongkorn University, nama beasiswanya adalah "Scholarship Programme for ASEAN and NON–ASEAN Countries" . 

 

Cerita mahasiswa Chulalongkorn ini sungguh telah memberikan sudut pandang baru bagi saya dalam berburu beasiswa, ternyata selama ini saya terlalu jauh mencari sampai melintasi benua, sementara di negara tetangga menyediakan banyak beasiswa. 

 

Berbekal informasi dari mahasiswa Chulalongkorn tersebut, saya pun mulai mencari informasi mengenai kampus-kampus Thailand yang menyediakan beasiswa bagi mahasiswa internasional. Ternyata, memang benar, hampir semua kampus menyediakan beasiswa, namun terdapat variasi pada persyaratan dan nominal beasiswa yang diberikan.

 

Setelah mendapatkan informasi yang memadai dan melengkapi beberapa persyaratan beasiswa. Pada akhir tahun 2019, saya pun memutuskan untuk mendaftar beasiswa yang sama dengan mahasiswa Chulalongkorn tersebut. Bahkan, saya mendapatkan bimbingan langsung darinya, aplikasi beasiswa saya direview dengan sangat teliti dan cermat. 

 

Beberapa bulan kemudian, hasil seleksi beasiswa pun diumumkan, nama saya muncul sebagai salah satu penerimanya. Saya sangat gembira menerima pemberitahuan tersebut. Namun, pemberitahuan selanjutnya sungguh diluar dugaan saya. Awalnya saya mengira, studi akan dimulai pada pertengahan tahun 2020, sehingga masih ada waktu untuk mengumpulkan dana/tabungan untuk keluarga selama saya studi di Thailand. Namun, pemberitahuan dari universitas justru menyebutkan bahwa studi akan dilaksanakan pada awal tahun 2020. Dengan kata lain, waktu persiapan sangat sempit, terlebih saya belum memiliki tabungan yang cukup, karena saya memiliki tanggungjawab tidak hanya untuk diri saya sendiri. Setelah berkonsultasi dengan orang terdekat dan mahasiswa Chulalongkorn tersebut. Dengan berat hati, saya pun memutuskan untuk melepas beasiswa ini. Saya bertekad untuk mendaftar lagi tahun depan.

 

Saya pun kembali ke dunia kerja bertekad untuk mengumpulkan uang sebanyak mungkin, ketika waktu pendaftaran beasiswa dibuka, saya bermaksud mendaftar lagi. Sayangnya, informasi dari pihak universitas menyatakan bahwa mereka memiliki regulasi beasiswa terbaru, berkenaan dengan krisis akibat Covid-19, beasiswa yang diberikan bukan lagi beasiswa penuh, melainkan beasiswa parsial. Jadi, mahasiswa diwajibkan menanggung sebagian biaya perkuliahan. Saya sedikit kecewa setelah mengetahui hal ini, karena di dalam perhitungan saya, biaya tersebut sangat besar, tentu menggerus tabungan saya. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak mendaftar beasiswa ini.

 

Saya pun mulai mencari peluang beasiswa dari kampus-kampus Thailand yang lain, tiba-tiba mesin pencarian mengarahkan ke salah satu kampus yang terletak di timur laut Thailand, yaitu Khon Kaen University (KKU), dimana mereka memberikan beasiswa setiap tahun kepada mahasiswa internasional yang berasal dari ASEAN dan GMS[1], nama beasiswanya KKU Scholarship for ASEAN and GMS Countries’ Personnel.

 

Beasiswa yang diberikan mencakup biaya akomodasi dan tunjangan hidup sebesar 120.000 Bath per tahun, tiket pesawat pulang ke negara asal sebesar 5.000, biaya perpanjangan VISA sebesar 6.000 Baht, biaya kuliah (sesuai besaran masing-masing fakultas, serta tunjangan riset sebesar 18.000 Baht per tahun. 


Singkat cerita, saya pun mendaftar beasiswa ini, dan menjadi salah satu awardee beasiswa ini. Dari sekian banyak proses pendaftaran beasiswa yang pernah saya ikuti, beasiswa KKU ini tergolong cepat, tepat waktu, dan tidak banyak "drama". Postingan mengenai beasiswa KKU ini telah saya tulis dengan sangat lengkap pada artikel terpisah.



[1] GMS (The Greater Mekong Subregion) termasuk Laos, Myanmar, Kamboja, dan Cina Selatan (Guangxi dan Yunnan)

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close